CategoriesData SciencePython

Memaksimalkan Analisis Data dengan PandasAI dan LLM Lokal Menggunakan Ollama

Hai! 😊 Kali ini kita akan bahas topik menarik lainnya yang mungkin bisa bikin kerjaan kamu lebih mudah dan efisien dalam dunia data. Kalau kamu suka artikel tentang AI, data, dan integrasi teknologi, kamu ada di tempat yang tepat! Jadi, yuk simak artikel ini!

Banyak pengguna AI masih bergantung pada layanan cloud untuk analisis data, yang bikin privasi jadi isu karena data harus dikirim ke server eksternal. Belum lagi, biaya langganan layanan cloud AI bisa cukup mahal.

Nah, di sinilah local LLM dan PandasAI jadi solusi. Dengan local LLM, semua pemrosesan data dilakukan di perangkatmu, jadi nggak perlu khawatir soal privasi dan bisa hemat biaya karena nggak perlu langganan bulanan. PandasAI juga bikin analisis data lebih mudah karena kamu bisa langsung bertanya ke data tanpa perlu coding rumit. Yuk, kita bahas lebih lanjut!

Continue reading
CategoriesData Science

Perbedaan Antara Conv1D, Conv2d, dan Conv3d Pada CNN

Convolutional Neural Network (CNN) adalah salah satu algoritme deep learning. CNN sudah dikenal luas dalam bidang pengolahan gambar, namun kini CNN juga mulai diterapkan di bidang-bidang lain seperti pengolahan kata, pengolahan time series data, pengolahan video, dan bidang lainnya.

Bila kita menggunakan keras, maka akan ada tiga jenis CNN layer yang dapat kita gunakan, yaitu Conv1D, Conv2D, dan Conv3D. Walaupun memiliki kesamaan prinsip kerja, namun ketiganya digunakan untuk menyelesaikan kasus yang berbeda. Sekarang mari kita bahas perbedaan diantara ketiga CNN layer tersebut.

Bila Anda belum memahami dasar dari CNN, maka saya sarankan untuk mempelajari dasar-dasar CNN terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca artikel ini. Misalnya melalui artikel “A Comprehensive Guide to Convolutional Neural Networks — the ELI5 way” ini. Artikel tersebut membahas dasar-dasar CNN dengan ilustrasi yang menarik, sehingga mudah dipahami.

Penggunaan

Masing-masing jenis CNN layer digunakan untuk kasus dan obyek pemrosesan yang berbeda. Table 1 berikut merangkum contoh penggunaan masing-masing CNN layer.

Conv1DConv2DConv3D
Natural Language Processing2D Image ProcessingVideo Processing
Time series data analysis3D Image Processing
Audio processing
Table 1. Tipe CNN layer dan penggunaannya.

Agar dapat memahami mengapa terdapat perbedaan CNN layer yang digunakan pada kasus tersebut, maka kita harus memahami cara kerja dari masing-masing CNN layer tersebut.

Cara Kerja

Kita mulai dari cara kerja Conv2D karena layer ini adalah dasar dari konsep CNN yang nantinya dikembangkan menjadi Conv1D dan Conv3D. Conv2D juga merupakan CNN layer yang paling sering kita temui di berbagai buku dan tutorial tentang CNN, khususnya pada topik pengolahan gambar.

Conv2D

2D Convolutional Example
Gambar 1: Ilustrasi Conv2D [sumber]

Gambar 1 adalah ilustrasi Conv2D yang diimplementasikan ke dalam pixel gambar RGB. Tiap pixel berada di posisi tertentu dalam koordinat X dan Y. Tiap pixel terdiri dari 3 kanal (channel) atau vektor (vector) warna, yaitu merah (Red), hijau (Green), dan biru (Blue). Dalam praktiknya, vektor kata disimpan array 1 dimensi. Sebagai contoh, pixel warna merah direpresentasikan menggunakan vektor [255, 0, 0].

Filter dalam Gambar 1 berukuran 2 x 2 pixel. Filter tersebut akan memindai gambar secara vertikal (X axis) dan horizontal (Y axis). Karena contoh pada Gambar 1 berukuran 10 x 9 pixel, maka filter tersebut akan memindai sebanyak 9 x 8 atau 72 kali.

Filter dalam topik CNN juga dikenal dengan nama lain seperti kernel, convolution matrix, mask, atau feature detector.

Tujuan dari penggunaan filter ini adalah untuk mendapatkan feature dari gambar. Dalam praktiknya, feature yang dicari oleh CNN filter dapat berupa tepi (edge) atau pola (pattern) lainnya dari obyek dalam gambar. Bila tertarik lebih dalam, artikel berjudul What exactly does CNN see? ini memberikan visualisasi atas hasil perhitungan CNN filter.

Conv1D

1D Convolutional Neural Network Example
Gambar 2: Ilustrasi Conv1D [sumber]

Gambar 2 adalah ilustrasi Conv1D yang diimplementasikan ke dalam text processing. Pada contoh dalam Gambar 2, terdapat sebuah teks yang terdiri dari 9 kata. Agar dapat diolah menggunakan CNN, kata tersebut di encode menjadi vektor. 1 vektor merupakan representasi dari 1 kata. Sehingga dalam contoh di Gambar 2, terdapat 9 vektor yang merupakan representasi dari 9 kata.

Pada contoh Gambar 2, 1 vektor kata terdiri dari 6 nilai (value). Misalnya, kata “Love” dapat di encode ke dalam vektor [1, 1, 1, 0, 0, 0]. Pada prinsipnya, ini mirip seperti nilai 1 pixel dalam Conv2D yang terdiri dari 3 nilai RGB.

Filter dalam Gambar 2 berukuran 2 kata. Filter tersebut akan memindai teks dari awal hingga akhir (X axis). Karena dalam contoh pada Gambar 2 terdapat 9 kata, maka filter tersebut akan memindai sebanyak 8 kali.

Conv3D

Gambar 3. Ilustrasi filter pada Conv3D [sumber]

Pada dasarnya, Conv3D mengolah data 3 dimensi. Contohnya adalah video. Video sebenarnya merupakan sebuah gambar, namun jumlahnya sangat banyak dan ditampilkan secara berurutan. Dengan kata lain video adalah sebuah time series images.

Pada Conv3D, filter memindai secara horizontal (X axis), vertikal (Y axis), dan mendalam (Z axis). Conv3D banyak digunakan untuk mengolah data 3D seperti data Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computerized Tomography (CT).

Dimensi Input Space pada Keras

Bila anda menggunakan keras, maka terdapat perbedaan dimensi input space yang dimasukkan sebagai parameter saat melakukan inisialisasi CNN layer. Tabel 2 berikut ini merangkum perbedaan input space pada ketiga jenis CNN layer tersebut.

Dimensi Input Space
Conv1D3Dbatch_size,
input_dim1,
channels
Conv2D4Dbatch_size,
input_dim1,
input_dim2,
channels
Conv3D5Dbatch_size,
input_dim1,
input_dim2,
input_dim3,
channels
Tabel 2. Perbedaan Input Space

Catatan, urutan input pada Tabel 2 disusun berdasarkan asumsi nilai data_format='channels_last'.

Sebagai contoh:

Data input: 1 detik suara stereo (2 kanal) 44100 Hz
Dimensi input Conv1D: (batch_size, 44100, 2)

Data input: 2 detik suara mono (1 kanal) 44100 Hz
Dimensi input Conv1D: (batch_size, 88200, 1)

Data input: gambar RGB 32 x 16 pixel
Dimensi input Conv2D: (batch_size, 32, 16, 3)

Data input: gambar grayscale 16 x 32 pixel
Dimensi input Conv2D: (batch_size, 16, 32, 1)

Data input: 1 detik video RGB berukuran 128 x 80 pixel dengan kecepatan putar 24 frame per second (fps)
Dimensi input Conv3D: (batch_size, 24, 128, 80, 3)

Data input: 2 detik video grayscale berukuran 80 x 128 pixel dengan kecepatan putar 24 frame per second (fps)
Dimensi input Conv3D: (batch_size, 48, 80, 128, 1)

Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan tentang perbedaan Conv1D, Conv1D, dan Conv1D dalam dilihat pada Tabel 3 berikut.

Conv1DConv2DConv3D
Dimensi keras input space3 D4 D5 D
Dimensi data input2 D3 D4 D
Dimensi filter2 D3 D4 D
Dimensi data output2 D3 D4 D
Gerakan filter1 D2 D3 D
Tabel 3. Kesimpulan

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Daftar Pustaka

  1. What are the differences between Convolutional1D, Convolutional2D, and Convolutional3D?
  2. Conv1D, Conv2D and Conv3D
  3. A Comprehensive Guide to Convolutional Neural Networks — the ELI5 way
  4. What exactly does CNN see?
  5. Example of 1D ConvNet filter
  6. What is the shape of conv3d and conv3d_transpose?
  7. Keras Conv1D: Working with 1D Convolutional Neural Networks in Keras
  8. How to Develop 1D Convolutional Neural Network Models for Human Activity Recognition

CategoriesData Science

Mengolah Intrusion Detection Evaluation Dataset (CICIDS2017) Menggunakan ANN

Bidang keahlian saya sebenarnya adalah jaringan komputer. Namun saat ini saya harus mempelajari Artificial Neural Network (ANN) untuk diimplementasikan dalam jaringan komputer, khususnya dalam Intrusion Detection System (IDS). Awalnya sangat sulit bagi saya untuk mempelajari ANN karena saya sebelumnya tidak memiliki latar belakang sama sekali dalam bidang ini dan tidak ada contoh praktis tentang bagaimana mengolah data jaringan hingga dapat menjadi dataset yang dapat diolah menggunakan ANN.

Setelah belajar sekian lama, sempat mengalami kebuntuan, akhirnya saya berhasil membuat satu program yang sangat sederhana dan jauh dari ideal, namun akan sangat berguna sebagai contoh praktis tentang bagaimana mengolah dataset IDS agar dapat diproses menggunakan ANN.

Dataset yang digunakan dalam contoh ini adalah Intrusion Detection Evaluation Dataset (CICIDS2017) yang dapat Anda akses di https://www.unb.ca/cic/datasets/ids-2017.html. Dataset CICIDS2017 tersedia dalam bentuk pcap atau csv. PCAP data adalah data hasil capture jaringan yang perlu diolah terlebih dahulu untuk diambil feature-nya. Dalam website tersebut telah disediakan dataset dalam bentuk csv yang berisi feature dari hasil pengolahan file pcap.

Dalam contoh ini, yang kita gunakan adalah dataset dalam bentuk csv. Program berikut ini akan mengolah file csv tersebut menggunakan program ANN sederhana.

Gambar 1 berikut ini menunjukkan F1 score masing-masing class dalam dataset CICIDS2017. Walaupun secara umum hasilnya cukup bagus, namun terdapat 2 kelas yang semuanya salah deteksi dan terdapat 4 kelas dengan F1 score di bawah 0.7.

Gambar 1. F1 score masing-masing class dalam dataset CICIDS2017

Semoga bermanfaat.

CategoriesData Science

Perbedaan Antara categorical_crossentropy dengan sparse_categorical_crossentropy

Apa itu loss function?

Dalam konteks optimization algorithm seperti yang digunakan dalam Convolutional Neural Network (CNN), Loss function adalah fungsi yang digunakan untuk menghitung kandidat sebuah solusi, misalnya weight dalam neural network. Loss function juga sering disebut dengan istilah objective function atau optimization score function.

Loss function merupakan satu dari 3 parameter yang harus ditentukan saat pembuatan model, misalnya model untuk CNN.

model.compile(loss='categorical_crossentropy',
              optimizer='adam', 
              metrics=['accuracy'])

Apa perbedaan antara categorical_crossentropy dengan sparse_categorical_crossentropy?

categorical_crossentropy dan sparse_categorical_crossentropy sering kita lihat digunakan saat melakukan klasifikasi dengan banyak kelas (multiclass classification). Lalu apa perbedaannya?

Jawaban singkatnya adalah:

  • Jika kita menggunakan one-hot encoder dalam menyimpan label, maka gunakan categorical_crossentropy, misalnya data label anda berbentuk
[[1,0,0],
 [0,1,0],
 [0,0,1],]
  • Jika kita menggunakan integer dalam menyimpan label, maka gunakan sparse_categorical_crossentropy, misalnya data label anda berbentuk
[1,
 2,
 3,]

Saya sebelumnya telah membuat dua versi program CNN. Program yang pertama menggunakan categorical_crossentropy, yang kedua menggunakan sparse_categorical_crossentropy. Bila tertarik, silahkan membukanya tautan berikut ini:

Tulisan ini merupakan terjemahan bebas dengan sedikit modifikasi dari artikel ini.