Artikel ini terinspirasi oleh buku Don’t Make Me Think karya Steve Krug. Buku ini menjelaskan bagaimana cara berpikir para UX Designer Experts dalam penjelasan yang simple dan mudah dipahami.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang sangat malas. Selama evolusi perkembangan manusia hingga pada masa modern ini, manusia akan tetap dan selalu akan menjadi malas jika mereka tidak memiliki motivasi tertentu. Tengoklah orang-orang yang bersemangat, maka Anda akan menemukan motivasi utama terbesar, salah satu contohnya yaitu UANG untuk memenuhi kebutuhan utama hidup mereka (sandang, pangan, papan).
Dari sini, kita sepakati bahwa manusia sejatinya adalah pemalas. Karakter kemalasan ini menjadi suatu problem yang menjadi dasar dari semua hal yang berhubungan dengan otomatisasi. Manusia suka akan hal-hal yang memudahkan mereka dalam mengerjakan sesuatu. Salah satu bidang keilmuan yang berusaha menjawab problem ini adalah bidang Human Centered Design. Berikut adalah beberapa tips dalam mendesign sistem berdasarkan Human Centered Design agar sistem Anda memudahkan user dan pada akhirnya akan diminati oleh user:
User Melakukan Scanning
Dalam dunia penggunaan aplikasi atau website, user akan seringkali melakukan scannning dripada membaca keseluruhan halaman. Mereka cenderung mencari informasi yang paling penting dan paling mereka butuhkan tanpa memperdulikan informasi lainnya.
Self Explanatory
Setiap kali user membuka web atau aplikasi, secara cepat, pikiran user akan coba mencerna:
- Mengenai apa website atau aplikasi tersebut
- Apakah web/app tersebut sesuai dengan kebutuhan user?
- Seberapa mudah mencari informasi yang dibutuhkan
Jika ketiga poin tersebut Anda abaikan, maka user akan dengan mudah berpindah ke lain web/app. Jadi ketika merancang UX, coba tonjolkan karakteristik website, judul yang jelas, serta apa tujuan dari web/app tersebut.
User Menyukai Shortcut
Masih ada hubungannya dengan scanning, shortcut membantu mempercepat user dalam mengakses sesuatu. Contoh penggunaan shortcut yang umum kita gunakan adalah autocomplete browser ketika user mengisi form dan juga password.
User Tidak Mencari Perfection
Coba ingat-ingat bagaimana ketika Anda gooogling untuk mencari suatu informasi. Anda hanya akan membuka setidaknya 3 pencarian teratas bukan? Begitulah psikologi user. User tidak mau menghabiskan waktu untuk mencari informasi yang paling lengkap atau sempurna dengan membuka semua page yang tersedia.
Jadi, bagaimana kita sebagai UX Designer merancang web/aplikasi yang baik agar menjawab permasalahan tersebut? Simple, yaitu cukup mendesign UX yang memungkinkan orang untuk melakukan sedikit mungkin task yang mereka harus lakukan. Di bawah ini akan saya jabarkan:
Less Text, More Imagery
Berdasarkan data, 90% manusia adalah makhluk visual. Dengan adanya visual atau imagery, sangat membantu user untuk menangkap informasi dengan cepat, melakukan scan, dan memutuskan apakah mereka berada di web/ aplikasi yang tepat.
Tonjolkan juga penjelasan yang disertai dengan gambar untuk informasi utama pada tampilan web/app. Jangan membuat konten menjadi terlalu ramai, berikan cuplikan konten dan ketika user ingin melihat konten lebih jelas, maka berikan tombol untuk read more. Untuk merancang UX seperti ini, Anda harus tahu terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan utama user sehingga Anda tahu mana konten utama, dan mana konten pendukung.
Navigasi dan State yang Jelas
Buat navigasi yang jelas disertai wording yang menyesuaikan target user. Jika target user adalah orang yang formal maka gunakan wording navigasi yang formal/baku. Jika target user adalah orang yang kreatif ataupun anak muda, gunakanlah bahasa yang santai tetapi tetap menarik.
Jangan sekali-kali Anda menampilkan bahasa yang terlalu teknis. Karena user adalah user, mereka cenderung berpikir bahwa bahasa teknis yang muncul pada tampilan user = error (Big Problem).
Selanjutnya adalah memberikan user akses kemudahan untuk kembali ke langkah/ halaman sebelumnya. Opsi ini sangat penting karena jika user tersesat dalam melakukan task tertentu, mereka bisa kembali ke langkah/halaman sebelumnya dengan mudah. Saat ini, tombol back adalah tombol yang paling banyak digunakan di Internet.
Yang terakhir, beri akses ke halaman Home karena halaman ini adalah halaman utama sekaligus halaman yang menjadi penyelamat jika user sudah benar-benar tersesat dan tombol “kembali” sudah tidak bisa membantu. Sediakan tombol home yang memperlihatkan bahwa itu adalah tombol Home. Seringkali tombol Home posisinya tersembunyi. Maka tempatkan tombol home tersebut agar terlihat oleh user secara jelas sehingga user bisa mengaksesnya secara cepat.