Pengenalan UX
User Experience Design (UX, UXD, atau XD) merupakan proses yang membawa aspek interaksi manusia kepada teknologi dan design. UX adalah campuran dari proses berpikir kreatif, perilaku, dan analitis agar bisa menciptakan solusi design yang sesuai dengan mental manusia sehingga menggapai objektif secara efektif. Pengertian UX secara mudahnya menurut saya adalah ilmu yang mempelajari bagaimana membangun produk yang memudahkan pengguna saat menggunakan suatu produk.
“Don’t make me think”
Steve Krug
Kalimat tersebut mungkin adalah quotes yang sering Anda baca dan dengar ketika terjun ke dunia UX. Karena UX yang dikatakan berhasil salah satu kuncinya adalah tidak membuat pengguna berpikir ketika menggunakan suatu produk.
Tiga Konteks Concept of Use
Setidaknya ada tiga konteks pada concept of use UX yaitu useful, usable, dan used. Sebuah produk bisa dikatakan useful ketika berhasil membuat pengguna menyelesaikan suatu objektif. Contohnya adalah produk aplikasi alarm pada smartphone. Alarm tersebut bisa dikatakan useful ketika pengguna bisa mengatur jam alarm berdering tepat waktu. Jika alarm di atur untuk berbunyi pada jam 4 pagi misalnya, namun alarm baru berbunyi pada jam 5 pagi, maka aplikasi alarm tersebut bisa dikatakan tidak useful.
Konteks selanjutnya adalah usable yang berkaitan dengan usability (kegunaan) sebuah produk. Cakupan dari usable lebih besar dari useful karena mementingkan faktor perilaku manusia dimana pengguna bisa merasakan “emosi” dalam bentuk kepuasan, kemudahan, dan efektifitas dalam menggunakan sebuah produk. Contoh dari usability bisa dilihat pada obeng. Ujung obeng yang menjadi pegangan tangan manusia mayoritas memiliki ujung bulat dan permukaan yang dapat dicengkeram. Kenapa? Tentu agar memudahkan untuk memegang pegangan ketika melakukan gerakan memutar obeng.
Lalu yang terakhir adalah used. Konteks used mencerminkan apakah pada akhirnya, produk mau digunakan atau tidak oleh pengguna. Produk boleh useful dan usable, namun jika produk tidak dibutuhkan oleh pengguna, tetap saja produk tersebut akan gagal. Bisa diambil contoh pada kendaraan Segway. Pada awal launching, Segway diprediksi akan terjual berjuta-juta unit namun pada kenyataannya, hanya terjual 30.000 unit selama 6 tahun dari awal perilisan. Perusahaan yang menciptakan Segway tidak bisa menjamin bahwa kendaraan tersebut legal digunakan sehingga pada beberapa wilayah, Segway dilarang digunakan pada tempat publik.
Dalam standar prakteknya, UX dirancang dalam beberapa langkah mulai dari empathize, define, ideate, prototype, dan test. Langkah tersebut bisa dibilang kompleks khususnya untuk aplikasi organisasi atau enterprise. Mengingat aplikasi internal enterprise dituntut untuk bisa digunakan secepat mungkin dan biasanya tanpa langkah memahami atau riset customer terlebih dahulu.
UX untuk Aplikasi Enterprise
Bisnis seringkali menyadari bahwa mereka tidak teralu mementingkan UX karena aplikasi yang mereka kembangkan tidak langsung digunakan oleh customer melainkan digunakan oleh tim internal mereka sendiri. Namun perlu disadari pula bahwa jika aplikasi yang dikembangkan tidak useful, usable, dan used, maka produktivitas pengguna akan stuck dan berkutat dalam penjara inefisiensi. Inefisiensi menyebabkan banyak waktu dan uang yang hilang ketika perusahaan tidak menggunakan aplikasi secara produktif. Selain itu, pada era saat ini yang mementingkan simplicity, para pegawai akan merasa malas untuk menggunakan aplikasi yang susah digunakan.
Salah satu konteks yang sering menjadi issue ketika mendesain UX untuk aplikasi Enterprise adalah usability. Usability bisa dipetakan ketika langkah riset user dan riset pasar dilakukan. Namun permasalahannya adalah seringkali tidak ada analisis pengguna, tidak ada feedback, dan tidak ada usability testing kepada real user. Issue umum usability ketika mendesain aplikasi enterprise adalah sebagai berikut:
Too many Features
Kebanyakan perusahaan terlau berfokus dengan fitur dan fungsionalitas dibanding user goals.
Inconsistent
Tidak adanya standar dan guideline sehingga memperbesar peluang inkonsistensi.
Old Fashioned Look
Hal ini berhubungan dengan User Interface. Hal ini bisa terjadi ketika technology stack yang sudah bersifat obsolete dan tidak mengikuti trend desain yang modern.
Cluttered Information
Merupakan hasil ketika perusahaan terlalu mementingkan fungsionalitas sehingga semua informasi disajikan tanpa filtering dan tanpa strategi konten.