CategoriesUX Design

UX Design untuk Aplikasi Enterprise

Aplikasi enterprise didesain sedemikian rupa untuk memenuhi tujuan internal enterprise. Maka dari itu, UX Designer (serta developer) harus merasa aware mengenai best practices, guidelines, dan design system. Ketika UX pada aplikasi enterprise dikesampingkan, hasilnya adalah sistem robust yang menurut mereka bagus, namun tidak usable. Best practices yang seringkali ada pada aplikasi enterprise adalah sebagai berikut:

Fokus pada User Goal, Task, dan Context of Use

Pada fase desain, requirement seringkali dirumuskan oleh client yang bukan end user. Hal tersebut lumrah terjadi pada perusahaan berskala besar bahwa terdapat gap yang lumayan besar antara client dan end user. Maka dari itu, mengumpulkan data end user dan mencocokkannya dengan goal dari client sangatlah krusial. Setiap halaman screen, harus didesain yang sesuai dengan user requirement dan context of use.

Mission Critical

Sebagian perusahaan menggunakan aplikasi perusahaan “in the field” yang berarti aplikasi tersebut harus stabil, responsif, akurat, dan siap digunakan kapan saja. Arsitektur Informasi yang memuat flow dan struktur informasi yang jelas akan sangat krusial. Karena perusahaan cenderung memasukkan banyak sekali fitur dan fungsionalitas sehingga UX Designer perlu memilah skenario dan seberapa sering sebuah fitur digunakan.

Bersih, Simple, dan Elegan

Hal ini adalah tantangan ketika dihadapkan dengan aplikasi internal perusahaan. UX Designer harus bisa menentukan segmentasi end user dengan tepat yang nantinya akan mempengaruhi pemilihan warna, layouting, pemilihan font, dan penggunaan white space secara efektif. Apabila terdapat guideline atau design system yang diberikan oleh enterprise sebagai referensi, tentu hal ini sangat membantu seorang UX Designer karena guideline menjadi penuntun ke jalan yang benar.

Budaya Perusahaan

Mengetahui budaya suatu perusahaan sangatlah penting. Karena berbeda perusahaan, budayanya juga berbeda. Contohnya perusahaan A menyukai aplikasi yang simple namun perusahaan B menyukai aplikasi yang mengutamakan fungsionalitas.  

Visualisasi Data dan Informasi

Grafik dan Chart adalah inti dari penampilan data untuk memperjelas suatu informasi yang ingin disampaikan. Hindari penggunaan chart yang terlalu kompleks dan susah dimengerti. Penggunaan warna bertujuan untuk menekankan clarity pada data yang ditampilkan. Gunakan warna untuk highlight, mendapatkan fokus, dan diferensiasi. Lalu yang terakhir adalah memilih tipe chart yang sesuai dengan tujuan data. Hindari bentuk 3D, shadow yang terlalu sering, gradient, dll.

Business Case untuk UX Design

by Lisandra Maioli

Business Case untuk UX bukanlah pilihan namun lebih kepada proses bertahan hidup. Merujuk pada Forrester Research, dijelaskan bahwa rata-rata setiap dollar yang diinvestasikan pada UX, akan menghasilkan 100 in return.  Sehingga ROI-nya adalah 9900%. Sehingga implementasi UX bukanlah suatu hal yang membuat rugi perusahaan, justru akan meningkatkan keuntungan dalam periode long-term.

UX Design yang baik, mampu membawa kepuasan pengguna, lingkungan kerja yang produktif, dan mengurangi biaya perusahaan (reduce cost). Dari sisi reduce cost, waktu dan biaya yang semula dikeluarkan untuk training bisa ditiadakan dan orang-orang yang menggunakan aplikasi tersebut bisa langsung start action karena dengan UX, produk bisa mudah dipelajari dan mudah digunakan. Dari sisi reduce cost of ownership, perusahaan tidak perlu terlalu banyak dokumentasi, tim support, marketing, dan sales.

Published by Andra Febriant

UI Designer at Algostudio. UI/UX, Tech, and Management enthusiast

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *