SSH Key-based Authentication adalah mekanisme otentikasi mengunakan SSH Key. SSH Key adalah sepasang kunci kriptografi (private key dan public key) yang dapat digunakan untuk melakukan otentikasi SSH client. Private key bersifat rahasia, harus disimpan oleh pemilik key dan tidak boleh diberikan kepada pihak lain. Sebaliknya, public key bersifat terbuka, boleh diberikan kepada pihak lain untuk melakukan otentikasi terhadap akses yang dilakukan oleh pemilih private key.
Lebih detail tentang cara kerja SSH Key-based authentication dapat dibaca disini.
Namun melakukan backup dengan perintah tersebut menimbulkan beberapa masalah, yaitu:
Bagaimana bila ada database yang tidak ingin kita backup, misalnya default database seperti information_schema, mysql, performance_schema, atau sys?
Bagaimana bila kita ingin melakukan restore database tertentu saja?
Bagaimana bila kita ingin melakukan backup rutin setiap hari?
Dalam tulisan ini, saya akan tunjukkan contoh backup script sederhana yang dapat melakukan backup database MySQL secara otomatis sekaligus menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sesuai namanya, “bash aliases” digunakan untuk membuat alias sebuah perintah. Misalnya, kita ingin membuat alias untuk perintah menampilkan file dalam current directory berurutan berdasarkan ukuran berikut ini
$ du -hs * | sort -h
Kita dapat membuat alias untuk perintah tersebut dengan perintah alias seperti contoh berikut ini
$ alias dusort='du -hs * | sort -h'
Setelah membuat alias, kita bisa menjalankan alias tersebut sehingga tidak perlu lagi mengetikkan perintah yang panjang seperti sebelumnya.
Python 3 memiliki banyak trik yang dapat sangat berguna. Dalam artikel ini, saya akan membagikan link tutorial, snippet, tips, dan trik dll. dari Python 3. Semoga bermanfaat.
Setahun yang lalu, terjadi perubahan besar pada salah satu open source project favorit, DreamFactory. Pada versi setelah 2.14.2, developer DreamFactory menghapus dua fungsi yang paling populer digunakan oleh komunitas open source community, yaitu fungsi untuk menghubungkan DreamFactory dengan MySQL server dan fungsi untuk membuat script.
Dalam artikel ini saya tidak akan menceritakan permasalahan tersebut dengan panjang lebar. Bila tertarik untuk mengetahui akar permasalahannya, ada dapat membaca website berikut ini. Dalam artikel ini kita akan fokus tentang bagaimana mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan instalasi versi terdahulu dari DreamFactory sebelum terjadi perubahan tersebut, yaitu DreamFactory versi 2.14.2.
Server yang saya gunakan berbasis Linux Ubuntu 20.04 dengan web server NGINX, PHP, dan database MySQL. Sekarang mari kita bahas langkah-langkah instalasi DreamFactory.
Instalasi NGINX
Update apt repository dan lakukan instalasi NGINX dengan perintah
$ sudo apt update
$ sudo apt install nginx
Instalasi MySQL Server
Lakukan instalasi database server MySQL
$ sudo apt install mysql-server
Perintah ini optional, namun berguna untuk meningkatkan keamanan database server.
$ sudo mysql_secure_installation
Sekarang kita perlu membuat satu MySQL user untuk DreamFactory. Jalankan perintah berikut untuk membuat databasedf dengan userdf dan passwordrahasia.
$ sudo mysql
mysql> CREATE DATABASE df;
mysql> CREATE USER 'df'@'localhost' IDENTIFIED BY 'rahasia';
mysql> GRANT ALL PRIVILEGES ON df.* TO 'df'@'localhost';
mysql> FLUSH PRIVILEGES;
mysql> EXIT;
Instalasi PHP-FPM
Versi PHP yang kita gunakan adalah versi 7.2 karena versi ini yang telah saya coba dan berhasil digunakan untuk DreamFactory versi 2.14.2. Berikut langkah instalasi PHP-FPM.
Secara default, git client sudah terpasang pada Linux Ubuntu 20.04. Namun bila belum ada, maka lakukan instalasi dengan perintah
$ sudo apt install git
Konfigurasi NGINX
Kita perlu melakukan konfigurasi NGINX agar dapat digunakan sebagai web server untuk DreamFactory. Bukalah file /etc/nginx/sites-available/default lalu ubah konfigurasinya seperti pada contoh berikut
Sekarang masuk ke bagian inti dari tulisan ini, yaitu cara instalasi DreamFactory. Langkah pertama masuklah ke dalam root directory web server/var/www/html.
Dalam proses instalasi tersebut, Anda akan diminta memasukkan beberapa data seperti MySQL password, user, dll. Silahkan masukkan data yang diminta sesuai dengan proses instalasi yang telah kita lakukan sebelumnya.
Langkah terakhir adalah melakukan update file permission dengan perintah.
Proses instalasi selesai, sekarang anda dapat membuka hasil instalasi tersebut melalui web browser misalnya dengan alamat http://localhost atau sesuai dengan domain server Anda.
Convolutional Neural Network (CNN) adalah salah satu algoritme deep learning. CNN sudah dikenal luas dalam bidang pengolahan gambar, namun kini CNN juga mulai diterapkan di bidang-bidang lain seperti pengolahan kata, pengolahan time series data, pengolahan video, dan bidang lainnya.
Bila kita menggunakan keras, maka akan ada tiga jenis CNN layer yang dapat kita gunakan, yaitu Conv1D, Conv2D, dan Conv3D. Walaupun memiliki kesamaan prinsip kerja, namun ketiganya digunakan untuk menyelesaikan kasus yang berbeda. Sekarang mari kita bahas perbedaan diantara ketiga CNN layer tersebut.
Bila Anda belum memahami dasar dari CNN, maka saya sarankan untuk mempelajari dasar-dasar CNN terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca artikel ini. Misalnya melalui artikel “A Comprehensive Guide to Convolutional Neural Networks — the ELI5 way” ini. Artikel tersebut membahas dasar-dasar CNN dengan ilustrasi yang menarik, sehingga mudah dipahami.
Penggunaan
Masing-masing jenis CNN layer digunakan untuk kasus dan obyek pemrosesan yang berbeda. Table 1 berikut merangkum contoh penggunaan masing-masing CNN layer.
Conv1D
Conv2D
Conv3D
Natural Language Processing
2D Image Processing
Video Processing
Time series data analysis
3D Image Processing
Audio processing
Table 1. Tipe CNN layer dan penggunaannya.
Agar dapat memahami mengapa terdapat perbedaan CNN layer yang digunakan pada kasus tersebut, maka kita harus memahami cara kerja dari masing-masing CNN layer tersebut.
Cara Kerja
Kita mulai dari cara kerja Conv2D karena layer ini adalah dasar dari konsep CNN yang nantinya dikembangkan menjadi Conv1D dan Conv3D. Conv2D juga merupakan CNN layer yang paling sering kita temui di berbagai buku dan tutorial tentang CNN, khususnya pada topik pengolahan gambar.
Conv2D
Gambar 1 adalah ilustrasi Conv2D yang diimplementasikan ke dalam pixel gambar RGB. Tiap pixel berada di posisi tertentu dalam koordinat X dan Y. Tiap pixel terdiri dari 3 kanal (channel) atau vektor (vector) warna, yaitu merah (Red), hijau (Green), dan biru (Blue). Dalam praktiknya, vektor kata disimpan array 1 dimensi. Sebagai contoh, pixel warna merah direpresentasikan menggunakan vektor [255, 0, 0].
Filter dalam Gambar 1 berukuran 2 x 2 pixel. Filter tersebut akan memindai gambar secara vertikal (X axis) dan horizontal (Y axis). Karena contoh pada Gambar 1 berukuran 10 x 9 pixel, maka filter tersebut akan memindai sebanyak 9 x 8 atau 72 kali.
Filter dalam topik CNN juga dikenal dengan nama lain seperti kernel, convolution matrix, mask, atau feature detector.
Tujuan dari penggunaan filter ini adalah untuk mendapatkan feature dari gambar. Dalam praktiknya, feature yang dicari oleh CNN filter dapat berupa tepi (edge) atau pola (pattern) lainnya dari obyek dalam gambar. Bila tertarik lebih dalam, artikel berjudul What exactly does CNN see? ini memberikan visualisasi atas hasil perhitungan CNN filter.
Conv1D
Gambar 2 adalah ilustrasi Conv1D yang diimplementasikan ke dalam text processing. Pada contoh dalam Gambar 2, terdapat sebuah teks yang terdiri dari 9 kata. Agar dapat diolah menggunakan CNN, kata tersebut di encode menjadi vektor. 1 vektor merupakan representasi dari 1 kata. Sehingga dalam contoh di Gambar 2, terdapat 9 vektor yang merupakan representasi dari 9 kata.
Pada contoh Gambar 2, 1 vektor kata terdiri dari 6 nilai (value). Misalnya, kata “Love” dapat di encode ke dalam vektor [1, 1, 1, 0, 0, 0]. Pada prinsipnya, ini mirip seperti nilai 1 pixel dalam Conv2D yang terdiri dari 3 nilai RGB.
Filter dalam Gambar 2 berukuran 2 kata. Filter tersebut akan memindai teks dari awal hingga akhir (X axis). Karena dalam contoh pada Gambar 2 terdapat 9 kata, maka filter tersebut akan memindai sebanyak 8 kali.
Conv3D
Pada dasarnya, Conv3D mengolah data 3 dimensi. Contohnya adalah video. Video sebenarnya merupakan sebuah gambar, namun jumlahnya sangat banyak dan ditampilkan secara berurutan. Dengan kata lain video adalah sebuah time series images.
Pada Conv3D, filter memindai secara horizontal (X axis), vertikal (Y axis), dan mendalam (Z axis). Conv3D banyak digunakan untuk mengolah data 3D seperti data Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computerized Tomography (CT).
Dimensi Input Space pada Keras
Bila anda menggunakan keras, maka terdapat perbedaan dimensi input space yang dimasukkan sebagai parameter saat melakukan inisialisasi CNN layer. Tabel 2 berikut ini merangkum perbedaan input space pada ketiga jenis CNN layer tersebut.
Catatan, urutan input pada Tabel 2 disusun berdasarkan asumsi nilai data_format='channels_last'.
Sebagai contoh:
Data input: 1 detik suara stereo (2 kanal) 44100 Hz Dimensi input Conv1D:(batch_size, 44100, 2)
Data input: 2 detik suara mono (1 kanal) 44100 Hz Dimensi input Conv1D:(batch_size, 88200, 1)
Data input: gambar RGB 32 x 16 pixel Dimensi input Conv2D:(batch_size, 32, 16, 3)
Data input: gambar grayscale 16 x 32 pixel Dimensi input Conv2D:(batch_size, 16, 32, 1)
Data input: 1 detik video RGB berukuran 128 x 80 pixel dengan kecepatan putar 24 frame per second (fps) Dimensi input Conv3D:(batch_size, 24, 128, 80, 3)
Data input: 2 detik video grayscale berukuran 80 x 128 pixel dengan kecepatan putar 24 frame per second (fps) Dimensi input Conv3D:(batch_size, 48, 80, 128, 1)
Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan tentang perbedaan Conv1D, Conv1D, dan Conv1D dalam dilihat pada Tabel 3 berikut.
Conv1D
Conv2D
Conv3D
Dimensi keras input space
3 D
4 D
5 D
Dimensi data input
2 D
3 D
4 D
Dimensi filter
2 D
3 D
4 D
Dimensi data output
2 D
3 D
4 D
Gerakanfilter
1 D
2 D
3 D
Tabel 3. Kesimpulan
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam beberapa bulan terakhir, berita tentang wabah covid-19 telah memenuhi semua media informasi. Internet dan sosial media yang kini sudah tersebar luar membuat informasi tersebut membanjiri gadget kita tanpa kita minta. Ibarat tsunami yang datang menghantam tanpa bisa dibendung. Fenomena semacam ini dikenal dengan istilah “tsunami informasi”.
Bagaimana kita bertahan menghadapi tsunami informasi ini? Bagaimana kita bisa memilah mana informasi yang benar dan yang salah? Mana informasi yang perlu kita terima dan abaikan?
Berpikir secara ilmiah dapat membantu kita menjawab pertanyaan tersebut dan bertahan menghadapi tsunami informasi. Berpikir secara ilmiah dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa memandang latar belakang pendidikan. Yang diperlukan adalah kemampuan berpikir secara kritis agar dapat menilai tingkat kebenaran suatu informasi.
Bagaimana cara berpikir ilmiah?
Agar dapat berpikir secara ilmiah, kita harus memahami langkah-langkah dalam berpikir ilmiah agar dapat mengukur suatu kebenaran.
Fakta
Fakta adalah hasil dari pengamatan.
Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta tidak dapat dibantah, karena dia benar-benar ada, dapat kita lihat dan rasakan menggunakan panca indra. Berikut adalah contoh fakta yang dapat kita temukan sehari-hari:
Kita dapat melihat alam sekitar dengan jelas di siang hari.
Kita tidak dapat melihat alam sekitar dengan jelas di malam hari.
Dua hal itu adalah hasil dari pengamatan. Bila semua orang melakukan pengamatan yang sama, maka mereka akan mendapati fakta yang sama pula.
Fakta akan seringkali memunculkan pertanyaan dalam benak kita, misalnya “mengapa kita dapat melihat alam sekitar dengan jelas di siang hari, namun tidak di malam hari?”
Kita, sebagai manusia, akan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mungkin akan ada sebagian orang yang berusaha menjawab pertanyaan tersebut, misalnya dengan mengatakan:
“Mata kita mengeluarkan sinar di siang hari, namun tidak di malam hari.”
“Matahari yang bersinar di siang hari, namun ia hilang di malam hari”
Dalam ilmu pengetahuan (science) kedua pernyataan tersebut dikenal dengan istilah hipotesis.
Hipotesis
Hipotesis adalah gagasan yang diajukan untuk menjelaskan suatu fenomena sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian.
Namun, yang perlu diingat, hipotesis adalah sesuatu yang harus diuji.
Nah sekarang cobalah berpikir sejenak, bagaimana cara kita menguji dua contoh hipotesis sebelumnya?
Salah satu cara menguji hipotesis pertama, cobalah anda melihat benda dalam ruang tertutup, tanpa lampu, di siang hari? Bila anda tetap dapat melihat, maka mungkin benar bahwa mata anda mengeluarkan sinar di siang hari.
Cara menguji hipotesis kedua, lakukan hal yang sama di pengujian pertama, namun kali ini cobalah membuka jendela sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan tersebut. Bila anda dapat melihat isi ruangan setelah jendela dibuka, maka mungkin benar bahwa matahari yang mengeluarkan sinar sehingga kita dapat melihat alam sekitar.
Ada puluhan atau bahkan ratusan cara untuk menguji hipotesis yang kita buat. Semakin banyak hipotesis tersebut lolos pengujian, maka semakin tinggilah keyakinan kita akan kebenaran dari hipotesis tersebut. Sebaliknya, semakin banyak hipotesis tersebut gagal dalam pengujian, maka hipotesis tersebut akan semakin meragukan.
Ketika terdapat banyak hipotesis yang telah lolos pengujian ilmiah, maka semua hipotesis tersebut dalam disatukan ke dalam sebuah teori ilmiah.
Teori Ilmiah
Teori ilmiah merupakan penjelasan yang mendalam dari satu fenomena yang merupakan kesimpulan dari banyak fakta dan hipotesis yang telah diuji menggunakan serangkaian pengujian ilmiah.
Teori ilmiah bukanlah standar kebenaran yang tak dapat dibantah. Seiring dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, banyak teori ilmiah yang dahulu diterima, namun kini telah dibantah dan digantikan oleh teori ilmiah lainnya.
Geocentric model adalah salah satu contoh teori ilmiah yang sempat bertahan selama ratusan tahun namun akhirnya gagal melalui pengujian ilmiah modern dan kini telah digantikan oleh heliocentric model. Heliocentric model masih bertahan hingga saat ini karena ia masih berhasil melalui serangkaian pengujian ilmiah modern.
Membantah suatu teori ilmiah bukan merupakan sesuatu yang tabu dalam ilmu pengetahuan. Misalnya, sah saja bila Anda tidak setuju dengan teori heliocentric model. Namun Anda harus dapat melakukan serangkaian pengujian ilmiah yang mampu membantah teori tersebut.
Sejarah telah mengajarkan kita bahwa pada akhirnya hanya teori ilmiah yang mampu lolos berbagai macam pengujian yang mampu bertahan dan diterima sebagai penjelasan atas suatu fenomena.
Bertahan Menghadapi Tsunami Informasi
Bagaimana kita bertahan menghadapi tsunami informasi saat ini?
Sederhana saja, kita harus dapat memilah apakah informasi tersebut adalah:
fakta?
hipotesis?
teori ilmiah?
Bila informasi tersebut adalah fakta, maka masih layak kita percaya.
Bila informasi tersebut adalah hipotesis, maka periksalah dahulu. Apakah hipotesis tersebut telah lolos melalui serangkaian pengujian? Bila hipotesis tersebut tidak pernah diuji maka abaikan saja. Bisa jadi itu hanyalah opini yang mungkin tak ada manfaatnya bagi Anda.
Bila informasi tersebut adalah teori ilmiah, maka masih layak untuk kita terima. Namun sekali lagi, teori ilmiah juga bukanlah merupakan satu standar kebenaran, karena masih dapat dibantah bila suatu saat nanti ditemukan fakta dan pengujian baru yang tak dapat dia lampaui.
Bila kita mampu memilah tsunami informasi yang kita terima, maka dapat membuat kita lebih tenang dalam menerima informasi dan terhindar dari rasa panik yang tidak perlu.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
LaTeX is a high-quality typesetting system; it includes features designed for the production of technical and scientific documentation. LaTeX is the de facto standard for the communication and publication of scientific documents. LaTeX is available as free software [1].
LaTeX adalah perangkat lunak yang umum digunakan oleh mahasiswa untuk menulis karya ilmiah seperti tesis atau disertasi. Walaupun LaTeX awalnya terasa sulit untuk dipelajari, tetapi di balik itu LaTeX memberikan banyak kemudahan dan fitur yang tidak dimiliki oleh Word Processor.
Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang kelebihan dan kekurangan LaTeX, namun saya akan membahas cara instalasi LaTeX di Linux Ubuntu. Sebenarnya saya menggunakan Linux Mint 19, namun secara umum panduan ini akan sama untuk Linux Ubuntu dan turunannya.
Instalasi LaTex
Langkah pertama adalah melakukan instalasi distribusi LaTeX untuk Linux [2]. Ada beberapa distribusi LaTeX yang dapat anda gunakan, namun dalam tulisan ini saya akan menggunakan TeX Live.
Lakukan instalasi TeX Live menggunakan perintah:
$ sudo apt-get install texlive-full
Langkah kedua adalah melakukan instalasi LaTeX editor. LaTeX editor yang saya pilih adalah TexMaker. Lakukan instalasi TexMaker menggunakan perintah:
$ sudo apt-get install texmaker
Setelah instalasi selesai, bukalah TexMaker. Antarmuka TexMaker kurang lebih seperti Gambar 1.
Sedikit tips tambahan dari saya, bila anda ingin file PDF yang dihasilkan ditampilkan dalam satu Windows yang sama, maka bukalah menu:
Options > Configure Texmaker > Commands
Pada bagian Pdf Viewer, centang pada pilihan Built-in Viewer dan Embed[3].
Contoh Dokumen LaTeX
Untuk menguji apakah instalasi anda berhasil. Buatlah TexMaker dan buatlah file baru menggunakan menu:
Jalankan perintah Quick Build, misalnya melalui menu:
Tools > Quick Build
Maka kita akan mendapat peringatan seperti Gambar 2.
Ya, sebelum dapat melakukan Quick Build, dokumen yang baru kita buat harus kita simpan menggunakan ekstensi .tex dan tanpa menggunakan spasi dan accents characters[4].
Sekarang simpanlah file tersebut, lalu jalankan lagi perintah Quick Build. Bila berhasil, maka akan menghasilkan tampilan yang kurang lebih seperti Gambar 3.
Di dalam folder yang sama tempat kita menyimpan file .tex, Anda akan menemukan file .pdf hasil dari generate perintah Quick Build tersebut.
Bidang keahlian saya sebenarnya adalah jaringan komputer. Namun saat ini saya harus mempelajari Artificial Neural Network (ANN) untuk diimplementasikan dalam jaringan komputer, khususnya dalam Intrusion Detection System (IDS). Awalnya sangat sulit bagi saya untuk mempelajari ANN karena saya sebelumnya tidak memiliki latar belakang sama sekali dalam bidang ini dan tidak ada contoh praktis tentang bagaimana mengolah data jaringan hingga dapat menjadi dataset yang dapat diolah menggunakan ANN.
Setelah belajar sekian lama, sempat mengalami kebuntuan, akhirnya saya berhasil membuat satu program yang sangat sederhana dan jauh dari ideal, namun akan sangat berguna sebagai contoh praktis tentang bagaimana mengolah dataset IDS agar dapat diproses menggunakan ANN.
Dataset yang digunakan dalam contoh ini adalah Intrusion Detection Evaluation Dataset (CICIDS2017) yang dapat Anda akses di https://www.unb.ca/cic/datasets/ids-2017.html. Dataset CICIDS2017 tersedia dalam bentuk pcap atau csv. PCAP data adalah data hasil capture jaringan yang perlu diolah terlebih dahulu untuk diambil feature-nya. Dalam website tersebut telah disediakan dataset dalam bentuk csv yang berisi feature dari hasil pengolahan file pcap.
Dalam contoh ini, yang kita gunakan adalah dataset dalam bentuk csv. Program berikut ini akan mengolah file csv tersebut menggunakan program ANN sederhana.
Gambar 1 berikut ini menunjukkan F1 score masing-masing class dalam dataset CICIDS2017. Walaupun secara umum hasilnya cukup bagus, namun terdapat 2 kelas yang semuanya salah deteksi dan terdapat 4 kelas dengan F1 score di bawah 0.7.