Performance adalah pilihan bagi pengguna framework, di artikel kali ini saya akan menyajikan beberapa pilihan yang mungkin bisa anda gunakan untuk menentukan framework yang akan anda gunakan.
Realworld adalah salah satu repository yang menyediakan perbandingan pengguna asli dari suatu framework. Realword sudah mendapat binta sebanya 45.2 K dan tentunya masih akan terus bertambah untuk meningkatkan performance sharing to sharing developer. Dari sini akan terlihat mana framework backend maupun frontend yang sering digunakan, juga tentunya bisa digunakan sebagai acuan untuk menentukan envorinment adalam suatu system.
Tentunya pengguna juga harus mengetahui patokan dalam menentukan ekosistem yang akan dibuat disni kita bandingkan adalah Framework.
1. Performance
Performance dilihat dari seberapa banyak orang atau End User menggunakan Aplikasi dan di build dari framework tertentu dan seberapa bagus feedback dari enduser.
Untuk nilai diatas 90 akan terasa perbedaan dengan yang dibawahnya.
2. Size
Transfer Size bisa di analitik menggunakan inspect element di browser dengan melihat Network dengan melihat GZIPed transfer response dan lama Deliver dari server.
Walaupun semakin banyak library yang digunakan bisa menjadi semakin lama load size nya, namun semakin baik coding maka seharunya library yang tidak berguna tidak boleh di load.
Semakin kecil ukuran file maka semakin cepat download page.
Kesimpulan
Semakin kecil load file coding maka semakin cepat. Svelte menjadi nomor satu karena memiliki Langkah yang keren load tanpa virtual DOM jadi sangat cepat
3. Line Code
Lone Code menunjukkan betapa ringkasnya library / framework / bahasa yang diberikan. Berapa banyak baris kode yang Anda perlukan untuk diterapkan di aplikasi yang sama.
Kesimpulan
Pada dasarnya semua framework bagus, namun didunia kerja kecepatan pengerjaan sangat menentukan. Jadi adanya framework sangatlah membantu, beberapa refrensi diatas saya harap bisa membantu anda para pembaca agar lebih eksplor lagi dan belajar lagi sehingga bisa mengatahui framework terbaik apa yang cocok untuk system Anda.
Otentikasi pasti digunakan di aplikasi berbasis Web, membuat otentikasi harus ada fungsi sendiri untuk login. di artikel ini akan saya kenalkan otentikasi praktis dengan menggunaan Passport JS. tentunya sebelum lebih dalam silakan pelajari Node JS dan Express JS terlebih dahulu untuk menggunakan Passport JS. Passport JS di GIT sudah mendapatkan 17 Ribu lebih bintang dan sudah digunakan banyak devloper, tentunya sudah sangat stabil unutuk digunakan dalam sebuah projek atau produk baru.
Apa itu Passport JS?
Passport JS adalah otentikasi middleware untuk Node.js. Sangat fleksibel dan modular, Passport dapat dengan mudah digunakan untuk aplikasi web berbasis framework Express JS. Seperangkat strategi komprehensif mendukung otentikasi menggunakan Username dan Password, Facebook, Twitter, dan lainnya.
Security Token dengan JSON Web Token (JWT)
JSON Web Token (JWT) adalah sebuah token berbentuk string panjang yang sangat random yang gunanya sendiri untuk melakukan sistem Autentikasi dan Pertukaran Informasi. Umumnya untuk melakukan login tidak seperti pada aplikasi website biasa dimana kita menggunakan session untuk mengingat siapa yang sedang Login. untuk informasi lebih lengkapnya silakan kunjungi link berikut jwt.io.
Ada banyak modul yangbisa digunakan untuk Otentikasi di Passport JS namun yang akan kita bahas kali ini hanya modul yang paling banyak digunakan.
1. Modul Otentikasi Local
Modul otentikasi Local adalah mekanisme yang sering digunakan yaitu dengan Username dan Password.
Berikut cara menggunakannya:
Install
$ npm install passport-local
Konfigurasi
var passport = require('passport') , LocalStrategy = require('passport-local').Strategy;
Setting redirect apabila sukes maka successRedirect,apabila gagal login maka failureRedirect, dana apabila error flash maka set flashfailure ke true.
2. Modul Otentikasi OpenID
OpenID adalah standar otentikasi gabungan dengan seubah situs website. Saat mengunjungi situs web, pengguna bisa menggabungkan cara login dengan OpenID mereka untuk login. Pengguna kemudian mengautentikasi dengan penyedia OpenID yang mereka pilih, yang mengeluarkan pernyataan atau izin untuk mengonfirmasi identitas pengguna. Situs web akan memverifikasi pernyataan ini untuk login user.
Install
$ npm install passport-openid
Konfigurasi
Ada 2 parameter di OpenID yang harus dipahami yaitu reuturnURL dan realm. returnURL adalah URL yang akan diarahkan dari provider OpenID dan digunaan untuk otentikasi. Realm adalah redirect dari website kia sendiri apabila success untuk login menggunakan OpenID.
var passport = require('passport') , OpenIDStrategy = require('passport-openid').Strategy;
Parameter Identifier adalah indentifikasi apakah user memberi izin untuk informasi diri digunakana untuk webtie yang digunakan untuk login.
Form
Form yang digunakan untuk OpenID dan login di web page. <form action="/auth/openid" method="post"> <div> <label>OpenID:</label> <input type="text" name="openid_identifier"/><br/> </div> <div> <input type="submit" value="Sign In"/> </div> </form>
Route
Route untuk OpenID ada 2 yaitu untuk cek OpenID dari provider dan untuk redirect OpenID login dengan web route dari website yang ingin kita untuk login.
// Accept the OpenID identifier and redirect the user to their OpenID // provider for authentication. When complete, the provider will redirect // the user back to the application at: // /auth/openid/return app.post('/auth/openid', passport.authenticate('openid'));
// The OpenID provider has redirected the user back to the application. // Finish the authentication process by verifying the assertion. If valid, // the user will be logged in. Otherwise, authentication has failed. app.get('/auth/openid/return', passport.authenticate('openid', { successRedirect: '/', failureRedirect: '/login' }));
Profile Exchange
OpenID menyediakan profile exchange dimana website provider bisa menyediakan profile pengguna untuk website lain. Profile exchange bisa diaktifkan dengan sett parameter ptofile ke true.
Oauth adalah protocol authorize yang digunakan untuk akses API dari pihak ketiga yang bisa digunakan untuk login di berbagai platrform. Untuk lebih lengkap silakan pelajari di https://oauth.net/.
Install
$ npm install passport-oauth
Konfigurasi
Dalam Oauth terdapat informasi yang harus dipenuhi diantaranya token, accessToken, authorize, key, secret, dan callback. Tentunya Oath juga bisa berbagi User Profile sesuai dengan izin dair provider dengan mengakifkan parameter profile.
var passport = require('passport') , OAuthStrategy = require('passport-oauth').OAuthStrategy;
Route untuk Oauth ada 2 yaitu untuk Provider dan untuk websisete pengguna Oauth. Yang pertama untuk trasaksi denga provider sendangkan yang kedua untuk menyediakan data untuk website pengguna Oauth.
// Redirect the user to the OAuth provider for authentication. When // complete, the provider will redirect the user back to the application at // /auth/provider/callback app.get('/auth/provider', passport.authenticate('provider'));
// The OAuth provider has redirected the user back to the application. // Finish the authentication process by attempting to obtain an access // token. If authorization was granted, the user will be logged in. // Otherwise, authentication has failed. app.get('/auth/provider/callback', passport.authenticate('provider', { successRedirect: '/', failureRedirect: '/login' }));
Link Oauth.
Di web page harus ada button utuk proses Oauth berikut contoh link yang bisa digunakan:
<a href="/auth/provider">Log In with OAuth Provider</a>
Kesimpulan
Masih banyak modul atau srategi yang bis digunakan Passport JS diantaranya yang banyak digunakan ada alah: Modul Otentikasi Oauth 2.0, Modul Otentikasi Oauth Profile FB, Modul Otentikasi Oauth Twitter dan Modul Otentikasi Oauth Google. Otentikasi dapat digunakan secara praktis dan tentunya aman dan juga pengerjaan akn lebih cepat dengan adanya modul Otentikasi yang mudah dimengerti. untuk mempelajari lebih dalam lagi silakan explore Jode JS, Express JS dan Passport JS.
Berikut Link untuk belajar Pasport JS: Klik Disini
AutoMapper adalah object to object mapper yang memetakan obyek A menjadi obyek B yang memiliki properti dan tipe yang berbeda. Seperti contoh kita perlu melakukan pemetaan Data Transfer Object ke object model. AutoMapper memudahkan proses pemetaan konvensional yang harus memetakan secara manual satu per satu.
Untuk menggunakan AutoMapper pada ASP .Net Core 3.1 terlebih dahulu harus menginstal AutoMapper melalui NuGet atau command pada NuGet Package Manager seperti ini.
Salah satu integrasi Open Stack yang pernah saya buat ada dengan CRM (Customer Relationship Management) dimana Openstack mengatur Cloud Computing yang berhubungan dengan penjualan atau yang sering disebut dengan Cloud VPS, Cloud Hosting, Rack location dan RackSpace, integrasi ini saya buat dalam bentuk Admin Dashboard yang bisa digunakan untuk mengatur Cloud Computing dan Penjualan. Open stack memiliki fitur yang lengkap untuk semua kebutuhan IAAS.
Apa itu OpenStack?
OpenStack merupakan project open source untuk platform cloud computing. sebagian besar digunakan sebagai Infrastructure as a Service (IaaS), di mana server virtual dan sumber daya lain tersedia untuk pelanggan.Platform perangkat lunak terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait yang mengendalikan beragam perangkat keras multi-vendor yang meliputi pengolahan, penyimpanan dan sumber daya jaringan di seluruh data center. Pengguna dapat mengelolanya melalui dasbor berbasis web, hingga command-line tools, atau REST layanan web (wikipedia).
OpenStack menyediakan solusi IaaS (Infrastructure ad a Service) dengan berbagai layanan yang berhubungan. Masing-masing layanan/service menyediakan API (Application Programming Interface) yang memfasilitasi integrasi. Layanan-layanan atau service-service ini dapat kita instal sesuai kebutuhan kita. Dimana API ini bisa digunakan untuk integrasi sesuai kebutuhan Anda, saya pernah membuat untuk kebutuhan CRM.
Service di Arsitektur OpenStack sebagai Berikut:
Dashboard / Horizon
Dashboard menyediakan tampilan web yang berinteraksi dengan layanan OpenStack seperti meluncurkan instance, memberikan IP address dan mengkonfigurasi akses control untuk Nova, Neutron, Swift dll.
Compute / Nova
Compute/ Nva menyediakan manajemen instan dari Compute yang ada pada lingkungan OpenStack sebagai contoh Compute di Virtual Server. Nova / Compute memiliki fitur untuk managemen dalam Virtual Machine, baremetal servers dan system contaners. Nova / Compute adalah daemon yang berjalan di linux server.
Networking / Neutron
Neoutorn memiliki fungsi untuk mempermudah kita memahami layanan Networking sebagai layanan yang membuat jaringan secara virtual tentunya. Memiliki plugin yang mendukung berbagai jaringan dari vendor dan teknologi.
Object Storage / Swift
Swift Pada Object storage ini akan menympan dan menambil object data melalui RESTful, API berbasis HTTP.
Block Storage / Cinder
Cinder sebagai Object Storage menyediakan persistent block storage untuk menjalankan instance. Kita dapat melakukan manajemen block storage devices.
Identity service / Keystone
Keystone menyediakan manajemen otorisasi layanan.
Image service / Glance
Glance adalah untuk pengelolaan image terutama untuk menyimpan dan meluncurkan VM disk images. OpenStack compute menggunakan hal ini selama provision.
Telemetry / Ceilometer
Ceilometer akan memantau billing, benchmarking, scalability dan tujuan statistik.
Orchestration / Heat
Heat berfungsi untuk menggabungkan beberapa aplikasi cloud.
Database service / Trove
Trove Meydiakan layanan Cloud database-as-a-Service.
Data processing service
Menyediakan kemampuan provision untuk Hadoop clusters.
Kesimpulan
OpenStack adalah open source yang memili resource yan besar sehingga bisa digunakan stakeholder untuk membangun usaha atau bisnis maupun hanya untuk IOT. Namun apabila penggunaannya sebagai bisnis maka akan berguna , bayangkan apabila harus secara manual atau hanya dalam bentuk Insfrastruktur tanpa Service instan dari Open Stack, akan sangat merepotkan. Pada inti nya dengan Open Stack semua Insfrastruktur bisa tertata dan semua service bisa dijalankan dengan cepat dan Mudah. Untuk belajar lebih dalam silahkan dipijak disini.
GraphQl adalah query pemrosesan data untuk memanipulasi API. GraphQl dikembangkan secara internal oleh Facebook pada tahun 2012 dan di publikasikan pada tahun 2015 namun untuk rilis stabilnya pada tahun 2018. GraphQl memiliki posisi diantara Client dan Server dimana menjembatani aliran data. GraphQl hamper sama seperti REST dimana ada proses CRUD bedanya GraphQl ini memerlukan skema untuk proses fetching data yang diinginkan sehingga tidak ada proses berulang dari client dan server. Salah satu tujuan pengembangan bahasa query ini adalah untuk mempermudah komunikasi data antara server dan Client.
GraphQl dapat diimplementasikan di berbagai bahasa sisi client seperti react, vue, svelte dll. Apapun jenis framework nya selama dapat mengakses data dengan API. dan karena GraphQl ini hanya penerjemah (query language) dan runtime saja maka tidak tergantung pada bahasa pemograman sisi server dan database apapun.
Kegunaa Utama?
1. Handle untuk Permintaan Ganda.
GraphQl memiliki proses dimana fetching data setelah diproses dari server maka akan dimanipulasi lagi sehingga smeua yang client butuhkan bisa didapatkan. proses berulang seperti di REST tidak akan terjadi karena data yang diinginkan sudah diload oleh GraphQl dan hanya perlu mengambil ulang dari schema yang di buat GraphQl.
2. Efisiensi Data dan Konsistensi.
Asumsinya kita semua sudah mengenal REST endpoint jadi tidak perlu dijelaskan apa itu REST. Setiap endpoint mewakili satu entitas dan memiliki beberapa metode seperti GET, POST, PUT dan DELETE. Ketika mengakses endpoint dengan metode GET akan menampilkan data dari entitas tersebut. Data yang ditampilkan bersifat tetap, maksudnya kita akan menerima semua data meskipun kita tidak membutuhkan data itu. Konsistensi data karena data kita sendiri yang atur atau yg menjembatani antara API yang ada dengan data yang akan kita berikan ke client.
Seklias penggunaan GraphQl untuk Argument
Argument ini menunjukan get data dari API akan dioleh oleh query GraphQl sesuai dengan kebutuhan client sehingga tidak semua data dari API akan muncul di Client. Untuk lebih jelasnya silahkan bermeditasi disini: graphql
Perbedaan dengan graphQl dengan REST API
Pada dasarnya GraphQl dan REST API tidak terlalu berbeda namun sesuai dengan penggunaannya, GraphQl digunakan untuk data yang besar dimana didapat API dari pihak ketiga yang kemudian akan di deliver ke client sedangkan REST API proses data yang diingin kan sudah disiapkan oleh programmernya sehingga telihat pakem.
Kesimpulan
GraphQl memiliki efisiensi, konsistensi dan kemapampuna untuk handle data yang ganda. GraphQl dibutuhkan pada saat data dari sebuah aplikasi semakin besar dan dari segi development akan sangat lama apabila menggunakan RESTful API langsung ke client, jadi GraphQl akan memilah data mana saja yang akan tampil dan digunakan oleh client. Meski bitupun GraphQl bisa digunakan di aplikasi dengan skala kecil.
Beberapa waktu belakangan, kolaborasi designer – developer masih terasa individualistis. Contohnya bisa dilihat pada proses kerja mereka yang dimulai dari seorang designer (fase perancangan design hingga design selesai dalam bentuk mockup dan prototype), lalu design disimpan pada file lokal dan selanjutnya adalah tugas developer untuk melakukan review. Setelah mereview, barulah developer mengimplementasi design ke dalam bentuk kode. Apabila workflow semacam ini masih dilakukan, tentu berpeluang membuahkan hasil yang kurang optimal. Beberapa kekurangannya antara lain terjadinya miskomunikasi, tidak efektif dan efisien-nya kolaborasi, dan yang paling disayangkan adalah tidak beradaptasi menggunakan tools yang membantu kolaborasi antara designer – developer seperti XD, Figma, atau Sketch. Mengingat beberapa tools tersebut gratis.
Padahal hakikatnya designer dan developer adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan pada era saat ini. Keterikatan tersebut bisa dibina mulai dari tahap perancangan design hingga selesainya sebuah system atau aplikasi. Jadi mindset kita pada artikel kali ini adalah bagaimana membuat kolaborasi antara designer – developer menjadi satu kesatuan, bukan tim yang terpisah. Dalam implementasinya, memang ada hal-hal yang patut diperhatikan supaya job description kedua pihak tersebut tidak tumpang tindih. Jika tidak ada batasan yang jelas, aspek yang tumpang tindih bisa mengakibatkan developer berpikir sebagai designer dan begitupun sebaliknya. Pada artikel ini akan dibahas mengenai beberapa saran agar kolaborasi designer – developer bisa lebih optimal dan menjadi satu kesatuan namun dibatasi dengan batasan yang jelas.
Perbedaan Designer dan Developer
Sebenarnya designer dan developer memliki beberapa perbedaan yang jelas. Designer bisa diibaratkan sebagai arsitek dan developer adalah konstruktornya. Sehingga seorang designer harus melihat sesuatu secara menyeluruh. Sedangkan developer akan lebih nyaman untuk melakukan breakdown task menjadi beberapa langkah kecil dan membuat sesuatu secara cepat.
Ketika membicarakan perbedaan antara designer dan developer, maka kita juga perlu mengetahui proses berpikir mereka. Terdapat dua proses berpikir yang kita bahas disini yaitu empathize dan systemize. Kebanyakan developer berpikir secara systemize daripada empathize. Mereka mengandalkan logika di atas segalanya sehingga jarang kita dapati sisi emosional yang dominan seorang developer. Berbanding terbalik dengan developer, designer memiliki pola pikir empathize yang lebih mengandalkan perasaan dan emosi sehingga mentrigger kreatifitas pada otak kanan mereka.
Fokus dari kedua pihak pun berbeda, developer lebih berfokus kepada sistem sedangkan designer lebih berfokus ke end user. Kedua pihak tersebut harus berkomunikasi sedari awal fase perancangan dan mengenal satu sama lain sehingga bisa berkolaborasi secara terpadu. Ibarat otak manusia, ada otak kanan dan kiri. Inilah yang saya maksud dengan satu kesatuan karena manusia tidak akan bisa menjalankan hasrat hidupnya hanya menggunakan otak kiri saja atau otak kanan saja melainkan harus saling melengkapi, sama hal-nya dengan kesatuan designer – developer.
Bagaimana Caranya?
Key Discussion
Pertama-tama sebelum designer memulai fase perancangan design dengan tools XD, Figma, atau Sketch, bertanyalah kepada developer beberapa pertanyaan kunci.
Tools Apa yang Digunakan?
Tools seperti XD, Figma memiliki fitur yang memudahkan kolaborasi antara designer dengan developer. Ketika developer memilihi hak akses untuk melihat keseluruhan design beserta assetnya, maka designer bisa mengecek sedari awal kira-kira seperti apakah design yang akan diimplementasikan, memberikan komen, dan menyatukan persepsi antara designer dengan developer secara lebih mudah. Sehingga feedback bisa langsung diberikan oleh developer sebelum designer mengimplementasikannya lebih jauh.
Cobalah untuk mendiskusikan tools apa yang terbaik menyesuaikan dengan jenis project, preferensi tim, hingga preferensi perusahaan. Tools ini bisa disebut juga sebagai asset management yang memudahkan developer untuk mengakses sekaligus mengekspor assets pada layout yang telah di design oleh designer secara mandiri. Sehingga tidak ada lagi yang namanya developer meminta asset kepada designer. Semua sudah tersedia di satu tempat yang sama dan lebih terorganisir.
Apakah Framework / Library yang Digunakan?
Penting sekali untuk menanyakan hal ini karena designer bisa menyesuaikan asset, icon, komponen, hingga grid supaya sesuai dengan apa yang akan diimplementasikan developer dan tidak memiliki gap yang terlalu jauh. Menjadi tidak baik apabila designer mementingkan ego untuk memberikan design dengan kompleksitas yang tinggi dan tidak memungkinkan untuk didevelop. Contohnya ketika mendesign untuk aplikasi android, maka designer alangkah lebih baik untuk memahami komponen yang digunakan dalam material design. Sama hal-nya ketika web developer mendevelop web dengan bootstrap 4, mau tidak mau, designer juga harus menyesuaikan design dengan guideline yang ada di bootstrap.
Fase Design Seharusnya Tidak Pernah Selesai
Terdapat miskonsepsi yang umum terjadi bahwa ketika designer selesai melakukan tugasnya (mendesign screen keseluruhan mockup serta prototype-nya), maka mereka merasa bahwa kerja mereka telah selesai. Konsep seperti ini sering ditemukan pada projek bertipe waterfall, bahkan pada beberapa project agile sekalipun. Sebenarnya ketika designer selesai mendesign mockup atau prototype, pekerjaan designer baru selesai setengahnya. Karena ketika design sampai di tangan developer, fokus tidak lagi berpusat pada screen tetapi lebih spesifik ke fitur. Fitur dikembangkan behind the screen sehingga beberapa perubahan akan sering terjadi. Maka designer harus bisa stand by kapan saja apabila sewaktu-waktu ada developer yang membutuhkan bantuan designer untuk menyesuaikan design-nya kembali.
Perlu diingat bahwa kerja designer adalah menyeluruh. Pekerjaan designer tidak boleh terbatas pada visual yang mengandung nilai estetik saja. Namun juga mencakup bagaimana keseluruhan sistem bisa mudah digunakan oleh user. Maka dari itu, designer juga sedikit banyak ikut bertanggung jawab pada produk final yang telah diimplementasikan oleh developer.
Membuat Guideline yang Memudahkan Developer
Developer sangat dominan menggunakan otak kiri. Maka dari itu, ketika design sudah di depan mata, tidak semua developer bisa menerjemahkan visual design ke dalam bentuk code. Ada beberapa developer yang mengerti komposisi design dan nilai estetik, ada pula developer yang kurang memahaminya. Maka designer harus lebih aware dalam hal ini. Setiap fase design yang dilakukan, jangan lupa membuat guidance yang simple namun mencakup keseluruhan aspek design. Guideline itu bisa mencakup palet warna, ukuran margin padding, white space, typeface dan font size, dan lain-lain. Biasanya developer tidak memberikan feedback apapun setelah melihat design guideline dari kita. Mereka mengaku paham mengenai guideline namun pegakuan ini seringkali bertolak belakang dengan yang diharapkan designer. Maka dari itu, kedua pihak harus saling supportive dan terbuka mengenai persepsi mereka masing-masing.
Akses ke Code Base
Mungkin banyak developer tidak setuju dan mempertanyakan untuk apa memberikan akses code kepada designer? Namun hal ini ternyata efektif dan solutif untuk menjawab masalah yang timbul ketika kolaborasi antara designer dan developer tidak berjalan lancar. Pada satu titik, kolaborasi tim ini memungkinkan untuk terjadi bottleneck dan muncul rasa ketidakpercayaan satu sama lain. Namun ketika designer memiliki akses kode, terjadi perubahan drastis yaitu munculnya rasa supportive dan kepercayaan.
Terdapat pro dan kontra di komunitas designer maupun developer mengenai designer yang memiliki akses code. Tetapi realitanya, sangat susah untuk mendapatkan chemistry untuk kolaborasi ketika ada tembok raksasa, tidak terlihat, dan hanya bisa di akses oleh satu pihak saja. Sehingga muncul istilah baru yang mengkombinasikan design dengan programming, yaitu fullstack design.
Ketika seorang designer dipercaya untuk mengakses kode program, berarti designer tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai fullstack designer. Seorang fullstack designer harus memiliki pengetahuan dasar tentang git, git hub, dan penullisan kode khususnya di bagian client side.
Kembali lagi pada pokok permasalahan yaitu harus ada batasan pembagian jobdesc serta peraturan yang disetujui antara developer – designer supaya pekerjaan tidak tumpang tindih atau malah simpang siur karena cara ini bukanlah best practice yang bisa diimplementasikan pada mayoritas perusahaan.
Mempelajari “Bahasa” Satu Sama Lain
Jika penjelasan sebelumnya lebih spesifik ke fullstack design, pembahasan kali ini akan mencakup developer – designer secara umum. Mempelajari “bahasa” satu sama lain bukan berarti designer harus bisa menulis kode atau developer harus bisa mendesign sesuatu. Yang dimaksud “bahasa” disini adalah istilah yang berkenaan dengan bidang ilmu masing masing. Kenapa harus mengerti “bahasa” satu sama lain? Karena ada istilah-istilah yang tidak mungkin diperjelas secara panjang lebar dan diterjemahkan menjadi bahasa orang awam karena kemungkinan besar justru mengakibatkan salah persepsi. Katakanlah seorang developer menanyakan “Kenapa fontsize-nya berubah-ubah?” Maka designer bisa menjawab “Karena dengan penggunaan fontsize dan weight yang berbeda, bisa membuat visual hierarchy yang baik sehingga meningkatkan usability”. Jika developer mengerti istilah yang dimaksud designer begitupun sebaliknya, akan sangat menguntungkan kedua pihak dari segi apapun.
Kesimpulan
Tidak ada cara yang selalu cocok dengan kondisi kolaborasi apapun. Hal itu kembali lagi dengan karakteristik masing-masing tim. Ketika satu sama lain saling memahami kebutuhan dan kondisi, barulah bisa mengaplikasikan beberapa cara yang disarankan di atas. Saran dari saya sendiri, mulailah pilih salah satu cara di atas, dan aplikasikan sesuai dengan kondisi kolaborasi tim. Jika memungkinkan, temukan beberapa orang dalam tim yang memiliki visi serupa untuk mewujudkan lingkungan kerja yang kolaboratif antara designer –developer. Buatlah tim kecil, berdiskusi sambil minum kopi dengan membahas mengenai apa yang harus dan tidak dilakukan demi kolaborasi yang lebih baik. Pada akhirnya, catat progress dari cara yang sudah disepakati sehingga Anda dan tim bisa mengukur dan melihat dengan harapan bahwa cara tersebut membawa dampak baik dan tidak lupa untuk terus mengevaluasinya.
Halo teman-teman! Terimakasih sudah membuka artikel ini 😊
So, artikel ini saya tulis sebagai media literasi dan dokumentasi dari event webinar yang diadakan oleh Kopertip Indonesia pada tanggal 14 Juni 2020.
Jadi, Bagaimana cara cepat untuk berkarir sebagai Mobile Developer? Sebelum menjawab hal tersebut, saya akan menjelaskan kenapa harus berkarir sebagai Mobile Developer. Saya menghighlight beberapa hal penting yang terdapat pada profesi ini, yaitu:
[SATU]: Trend Statistic
Saat ini total dari perusahaan terdaftar pada sensus ekonomi 2016 berjumlah lebih dari 23 juta perusahaan yang terdiri dari UMK dan UMB. Selain itu juga terjadi pertambahan sekitar lebih dari 2000 perusahaan baru setiap tahunya. Perubahan pola administrasi dan bisnis pada perusahaan juga akan berubah seiring berjalanya waktu. Untuk mengubah pola tersebut Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang banyak.
Untuk memenuhi target tersebut, saat ini pemerintah dan berbagai perusahaan swasta menyelengarakan berbagai program untuk memenuhi kebutuhan mobile programmer di Indonesia. Diantara program tersebut adalah menyelenggarakan bootcamp scholarship, workshop, online course scholarship, dan berbagai program lain. Seperti contoh: Program Digitalent by Kominfo, IDCamp by Indoosat Ooredo, Sholarship Internship by Apple Developer Academy.
[DUA]: Salary
Payscale merangkum beberapa hasil survey terhadap gaji developer, berikut hasil survey untuk rata-rata gaji dari android developer dan iOS developer di Indonesia.
Angka tersebut belum menjelaskan angka pasti nilai gaji di seluruh wilayah Indonesia. Teman-teman bisa mengecek lebih detail pada qr code yang telah saya cantumkan atau pada link berikut:
Saya pribadi menerapkan konsep Ikigai yang berkaitan dengan beberapa aspek pada hidup. Hal tersebut mendukung saya agar dapat mendalami lebih dalam tentang apa yang saya suka, apa yang saya bisa, apa yang dunia butuhkan, dan apa yang dunia mau membayar untuk mendapatkan hal tersebut.
Saya mendapatkan bahwa Mobile Developer menjadi profesi yang menarik saya untuk lebih mendalaminya.
[EMPAT]: Learning Path
Selain beberapa hal diatas, ada juga hal penting yang dapat mempercepat proses kita untuk menjadi Mobile Developer yaitu mengikuti Learning Path atau Roadmap yang dibutuhkan. Dengan memiliki learning path tersebut akan mempermudah dan mempercepat kita untuk mempelajari hal-hal yang dibutuhkan di dunia industri sebagai Mobile Developer.
Berikut saya bagikan learning path yang juga saya gunakan dalam proses saya untuk menjadi Mobile Developer.
Sebagai developer tentunya kita harus dapat memecahkan sebuah masalah yang kita alami, nah untuk memecahkan masalah tersebut kita memerlukan proses pembelajaran dan best-practice untuk menyelesaikanya. Berikut beberapa tips yang dapat teman-teman terapkan untuk mendukung teman-teman menjadi Mobile Developer:
Be Stackoverflow buddy!
Join Bootcamp or Courses
Find match Community!
Remember, 10.000 hours rules
Berikut saya bagikan beberapa bootcamp dan course yang dapat membantu teman-teman dalam belajar sebagai Mobile Developer:
Pertama kali saya terjun di dunia kerja langsung menghadapi banyak materi yang asing. Namun materi pertama dan selalu saya gunakan sampai sekarang adalah suatu proses menjalankan aplikasi dan proses jalannya secara client dan server side, hal utama yang menurut saya perlu dipelajari adalah Synchronus dan Asynchronus. Materi ini menurut saya sangat diperlukan untuk dasar pemrograman (walaupun saat kuliah tidak pernah ada :3). Walaupun secara tidak langsung hampir semua Web Developers menggunakannya namun perlu Pengetahuan lebih dalam karena proses ini sederhana dan berdampak ke semua aspek kehidupan program Anda.
Apakah yang di maksud dengan Synchronouse?
Synchronous adalah proses jalannya program secara sequential , disini yang dimaksud sequential ada berdasarkan antrian ekseskusi program. Pada dasarnya semua Bahasa pemrograman menggunakan Asynchronouse terutama PHP.
Cotoh Synchronous di Bahasa Perograman PHP:
beri nama file synchronous.php
<?php
$now = date(‘Y-m-d’);
// antrian 1
echo$now.‘ |’;
$yesterday = date(‘Y-m-d’,strtotime(‘-1 days’));
// antrian 2
echo$yesterday.‘ |’;
$week = date(‘Y-m-d’,strtotime(‘-1 week’));
// antrian 3
echo$week.‘ |’;
?>
Hasil Eksekusi:
Penjelasan: Pada saat file synchronouse.php dieksekusi maka proses nya adalah membaca antrian 1 terlebih dahulu kemudian antrian 2 dan terakhir adalah antrian 3.
Apakah yang dimaksud dengan Asynchronous?
Asynchronous adalah proses jalannya program bisa dilakukan secara bersamaan tanpa harus menunggu proses antrian. Synchronous merupakan bagian dari Asynchronous (1 antrian) dimana proses akan dieksekusi secara bersamaan dan untuk hasil tergantung lama proses suatu fungsi synchronous . Asynchronouse hampir disemua Bahasa pemrograman ada namun untuk PHP masih belum ada. PHP sebagai server side hanya menyediakan synchronous namun bisanya di WEB Developers tetap digunakan namun menggunakan AJAX (Asynchronous Javascript And XML) untuk proses Asynchronouse.
Penjelasan: Counter Nilai terus berjalan tanpa ada antrian.
Berikut Source Code Link Gitlab apabila anda ingin mencoba: Link
Contoh Asynchronous di NODE JS
Di artikel saya sebelumnya pernah membahas chat menggunakan Socket.io dimana basic dari Realtime Chat dengan socket.IO ada Synchronous. Silahkan lihat di Artikel saya berikut : Realtime Chat dengan Html, Javascript dan Socket.io
Berikut Link Artikel untuk mempelajari Asynchronous di beberapa Bahasa pemrograman:
Note: Synchronous dan Asynchronous saling berkisambungan jadi apabila anda ingin lebih detail bisa Anda pahami lebih dalam. Kegunakan juga sesuai kebutuhan.
Halo teman-teman! Saya menulis artikel ini untuk membantu developer iOS lain yang pada artikel lalu sempat bertanya langsung ke saya cara membuat Generic Class untuk HTTP Request 😉.
Sedikit Disclaimer❗️, Generic Class bukan hanya ditujukan untuk membuat HTTP Request / Networking saja. Tapi bisa untuk semua fungsi dengan input yang generic/umum. Silakan baca dokumentasi lebih lengkap disini.
Networking sudah menjadi sesuatu yang paling sering dilakukan pada Mobile Apps, khususnya pada iOS Developement. Ya, you know right gimana Mobile Apps tanpa ada networking.
Menggunakan Generic Class ini gambaran umumnya adalah membuat box yang dapat menyimpan dan menjaga semua inputnya. Dengan batasan sesuai dengan ukuran box nya dan tidak merusak komposisi box. Bagaimana? Sedikit lebih jelas bukan.
So, Let’s see how the code works!
Untuk networking akan menggunakan Alamofire😁, untuk kalian pengguna Moya atau URLSession bisa menyesuaikan .
Pada dasarnya ini mirip class dengan function seperti biasa
Yang membuat berbeda adalah simbol <T>. simbol tersebut adalah simbol generic yang mengindikasikan bahwa fungsi tersebut merupakan fungsi generic.
Selanjutnya, tuliskan kode request seperti biasa
And yes! fungsi generic kita selesai! sangat mudah kan? Eits, jangan lupa untuk merubah fungsi menjadi static function agar fungsi dapat diakses tanpa pembuatan objek kelas terlebih dahulu.
Bagaimana cara menggunakan kelas ini? cara menggunakan nya cukup mudah
Yap! Hanya seperti itu cara menggunakan nya. Kalian tidak perlu baris kode untuk setiap kali request. Dengan menggunakan Generic Class untuk networking, dapat memangkas kode request hingga 30% . Tentunya sangat membantu untuk proses development kalian.
Tapi, jika kalian membutuhkan bantuan untuk pembuatan fungsinya. Feel free untuk menghubungi saya di @nandamochammad
Beberapa minggu yang lalu saya mulai belajar Svelte JS. Mengapa saya belajar Svelte JS, ini dikarenakan saya kebiasaan hunting library atau framework baru dan tolak ukur saya Fremework atau library yang mendapat bintang banyak di github maka dilihat dari segi ekosistemnya akan bagus pula. Svelte JS mendapat 33.7 Ribu Bintang dalam kurun waktu 3 Tahun di thaun 2020 dan akan terus naik setiap harinya. Dari segi pengertian dan penggunaan Hampir sama dengan React dan Vue Js yang lebih dahulu rilis dengan usia 6 tahun di tahun 2020. Svelte JS memberikan warna Baru. Salah satu perbedaan jelas Svelte JS dengan React Js dan Vue JS adalah Tanpa menggunakan Virtual DOM.
Tokopedia juga menggunaan Svelte JS untuk aplikasi yang mereka gunakan, ada beberapa alas an mengapa mereka menggunaan Svelte JS silakan baca Artikel berikut: http://shorturl.at/elrV4 .
Mari kita explore Svelte JS:
1. Apa itu Svelte JS.
Svelte adalah cara baru untuk membangun user interface dengan cepat. Sementara framework seperti React dan Vue melakukan semua task mereka di browser, Namun Svelte melakukan Compile Step secara berkala sehingga tidak semua Task langsung di load di Browser.
2. Menulis Kode Lebih Sedikit
Dari segi penulisan Svelte JS lebih pendek dibandingkan React dan Vue. Berikut contoh Aplikasi dan codenya:
Aplikasi yang dibuat akan tampil seperti berikut:
Script code aplikasi tersebut di Svelte sebagai berikut:
Script Code di React sebagai berikut:
Terakhir Script code di Vue sebagai berikut:
Terlihat bukan perbedaannya dari segi panjang Script Code yang dibuat untuk aplikasi sederhana tersebut, Svelte lebih seditkit dibandingkan dengan React dan Vue.
DOM merupakan singkatan dari Document Object Model. Artinya, dokumen (HTML) yang dimodelkan dalam sebuah objek. Objek dari dokumen ini menyediakan sekumpulan fungsi dan atribut/data yang bisa kita manfaatkan dalam membuat program Javascript. Virtual DOM memang lebih cepat dari pada Real DOM. namun mengan Svelte dikatakan lebih cepat walau tanpa menggunakan DOM? silahkan baca di sini : https://svelte.dev/blog/virtual-dom-is-pure-overhead
4. Sangat Reaktif
Yang dimaksud dengan reactif adalah tidak diperlukan banyak library untuk proses di javascript. Kebalikannya Svelte klaim memudahkan fungsi dari javascript. Untuk lebih jelasnya silakan baca di : https://svelte.dev/blog/svelte-3-rethinking-reactivity
Lebih dalam lagi mari kita coba ulik2 untuk beberapa fungsionalitas namun disini saya akan membahas contoh script tentang : Declaration, Reactivity, Props, Logic, dan Event.
Dikarenakan ini masih awal saya akan membahas Script menggunakan REPL dari Svelte JS.
Declaration
Pendeklarasian varial dan pemanggilan variable di Svelte mudah seperti di Javascript namun ingat tanpa DOM atau menggunaan innerHTML sehingga script menjadi lebih Pendek. Berikut contohnya:
Reactivity
Reactivity disini mengunakan huum aksi reaksi di javascript kita biasa menggunakan onclick=”myFunction()” berbeda dan lebih easy dan lebih pendek pendeklarasian onclick di Svelte. Silahkan lihat Contoh berikut:
Props
Props adalah property ata variable yang berasal dari luar class atau parent. Berikut contoh untuk props di Svelte:
Logic
Pada dasarnya semua logic sama namun perbedaan hanya di penulisan. Berikut penulisan Logic untuk Svelte:
Logic If
{#if args}
<p>{content}</p>
{/if}
Logic If-Else
{#if args}
<p>{content}</p>
{:else}
<p>{content else}</p>
{/if}
Logic Else-If
{#if x > 10}
<p>{content}</p>
{:else if 5 > x}
<p>{content}</p>
{:else}
<p>{content}</p>
{/if}
Logic Looping
<script>
letcats = [
{ id:‘J—aiyznGQ’, name:‘Keyboard Cat’ },
{ id:‘z_AbfPXTKms’, name:‘Maru’ },
{ id:‘OUtn3pvWmpg’, name:‘Henri The Existential Cat’ }
Event digunakan untuk melakukan suatu perintah. Event di Svelte dibuat cukup sederhana berikut contoh untuk onclick dan onMousemove:
Sebenarnya masih banyak yang perlu dibahas atau dipelajari di Svelte JS ini namun menurut saya Artikel ini cukup untuk mengenal Svelte JS sesuai dengan judulnya. Untuk developer yang sudah bosan dengan React dan Vue saya sarankan mempelajari Svelte karena menurut saya pribadi cukup berguna untuk PWA(Progressive Web Apps) dan mudah untuk dipelajari. Karena usia masih 3 tahun di 2020 masih belum banyak yang mengetahui tentang Framework Svelte ini. Sejujurnya saat saya pelajari React dan Vue diawal lumayan kesulitan namun untuk Svelte ini lebih mudah dan memberikan perbandingan hasil yang cukup besar. Semoga bermanfaat.